Pelepasan Padaw Tuju Dulung yang dilakukan oleh ketua Adat suku tidung berserta pejabat setempat |
CATATAN JURNALIS - Masyarakat - Kecamatan
Bunyu, menyebut puncak peringatan HUT Kecamatan Bunyu yang digelar Rabu
kemarin dengan istilah Iraw Tengkayu Pantai Tanjung Arang Bunyu. Iraw
Tengkayu Pantai Tanjung Arang merupakan salah satu upacara adat alias
budaya suku Tidung. Tradisi itu merupakan warisan budaya dimana dahulu
upacara adat ini dikenal sebagai ritual untuk mengungkapkan rasa syukur
kepada sang Supranatural (Tuhan) terhadap pertolongannya jika ada
anggota keluarga sembuh dari sakit.
Menurut kepecayaan warga Tidung, zaman
dulu yang masih menganut paham animisme, orang sakit itu disebabkan roh
jahat yang merasuk ke tubuh si sakit. Nah, untuk mengusir roh
itu, maka meminta tolong kepada Sang Supranatural melalui seorang dukun.
Sementara itu jika si Sakit tadi benar-benar sembuh maka apa yang
diucapkan dan diminta si dukun tadi harus dipenuhi dan dilepas ke laut.
Seiring dengan perkembangan budaya, upacara adat melepas sajen ke laut
itu tidak hanya dilakukan saat ada seorang warga yang sembuh dari sakit.
Tapi, warga suku Tidung juga melakukannya jika mendapat rezeki yang
melimpah, serta dimaksudkan untuk meminta perlindungan dari mara bahaya
(tolak bala).
“Siklus dari itu merupakan salah satu
gambaran dari upacara adat lama kaum suku Tidung dahulu kala,” kata
pembaca riwayat upacara adat suku Tidung. “Hal ini dapatlah dianggap
sebagai suatu misteri dari Iraw Tengkayu pantai Tanjung Arang yang
merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kami
suku Tidung pulau Bunyu zaman dahulu kala,” sambungnya.
Saat peringatan Iraw Tengkayu Pantai
Tanjung Arang, awalnya dimulai dengan upacara adat lantas dirangkai
dengan doa tolak bala yang dipimpin oleh salah satu tokoh agama Islam di
daerah itu. Setelah membaca doa selesai, upacara dilanjutkan dengan
pelepasan miniatur perahu yang biasa disebut Padaw Tuju Dulung. Dalam
perahu itu dilengkapi berbagai hasil bumi dan lainnya, termasuk berbagai
masakan khas suku Tidung. Pelepasan perahu Padaw Tuju Dulung itu
diiringi dengan tabuhan gong yang dimainkan oleh beberapa perempuan
berumur lebih dari 40 tahun.
Usai pelepasan perahu ke tengah laut,
acara dilanjutkan dengan pemotongan nasi rasul oleh tokoh adat di daerah
itu. Potongan nasi rasul itu biasanya diberikan oleh tokoh adat tadi
kepada seseorang yang dinilai memiliki pengaruh besar dalam suata
daerah. Lantaran puncak peringatan HUT Bunyu ke-31 kemarin itu dihadiri
langsung Bupati H. Budiman Arifin, tak heran potongan nasi rasul untuk
pertama kali diberikan kepada Bupati.
Bupati menyambut positif kegiatan adat
yang digelar pada hari puncak peringatan HUT kecamatan Bunyu.
Menurutnya, peringatan semacam itu memang perlu dilakukan guna
mengingatkan kepada generasi muda, bahwa daerah itu memiliki budaya yang
perlu dilestarikan. Dari itu dirinya berharap kegiatan semacam itu bisa
terus dilestarikan. Tak hanya itu dirinya juga berpesan agar
pelaksanaan puncak peringatan HUT Bunyu kedepan juga melibatkan semua
etnis di daerah itu, sebagai simbol persatuan dan kesatuan. (cj.il)
0 komentar:
Posting Komentar