PLN Galak Bila Warga Salah Tapi Hanya Minta Maaf Bila Pelayanan Mereka Buruk
CATATAN JURNALIS - SAMARINDA – Pemadaman listrik bergilir dan panjang
yang dilakukan PLN sejak Sabtu minggu lalu dan masih berlangsung hingga
kemarin, ikut menjadi pencetus terjadinya kebakaran di Samarinda pada
Rabu dini hari di Jl Flamboyan Loa Buah Samarinda, kemarin. Rumah
Mulyadi (30) habis terbakar, begitu juga istri dan anaknya, Setiawati
(26) dan Muhammad Hokianur (1,5).
![]() |
| Rumah Muliadi yang hangus terbakar dan menjadi arang. |
Muliadi dan Setiawati terbangun dan berupaya memadamkan api dengan
menyiram air, namun gagal. Dalam keadaan panik Muliadi lari keluar
menyelamatkan diri dan tidak sadar anak-istrinya masih berada dalam
rumah.
“Apinya begitu cepat membesar. Saya masih berupaya memadamkannya
waktu membakar kelambu, tapi tidak padam, semakin besar,” kata Muliadi
ketika ditemui setelah pemakaman anak dan istrinya kemarin.
Api pun semakin besar, Muliadi yang hanya menggunakan celana pendek
keluar dari rumahnnya meminta pertolongan, tegang melihat api yang telah
melahap rumahnnya yang baru ditempati sekitar enam bulan tersebut.
“Dia teriak-teriak, “Allahuakbar Allahuakbar, tolong anakku tolong
istiku, ampuni mereka ya Allah”. Bahkan setelah ditenangkan ia ingin
belari masuk kedalam api,” kata tetangga Korban, Wartiani (80) yang
menjadi saksi mata.
Tidak lama kemudian, terdengar ledakan dahsyat dari dalam rumah yang
diduga adalah ledakan tabung elpiji. Api semakin membesar. Warga sekitar
dengan swadaya turun membantu memadamkan api hingga berhasil dipadamkan
tanpa bantuan pemadam.
“Ada ledakan besar seperti tabung gas. Pemadam baru datang ketika api
sudah padam,” jelas salah satu tetangga korban yang enggan namanya
dikorankan.
Setelah api padam segeralah dilakukan pencarian terhadap istri dan
anak Mulyadi yang kemudian ditemukan hangus tak bernyawa dalam keadaan
berpelukan.
Kapolresta Samarinda Kombespol Arief Prapto Santoso Melalui
Kapolsekta Sungai Kunjang Kompol Harun Purwoko mengatakan penyebab
kebakaran bermula dari lilin. “Asal mula api dari lilin,”singkat Harun.
HARUS MUNDUR
Menyikapi pemadaman listrik yang terus terjadi, Koordinator Pokja 30
Carolus Tuah mengatakan GM PLN Kaltim Nyoman S Astawa tidak cukup hanya
minta maaf seperti yang sudah dilakukan, melainkan harus mundur.
“Ketika penyedia layanan ini tidak mampu memberikan layanan dengan
baik, berarti mereka gagal. Permintaan maaf itu tidak cukup. Harus ada
sikap, minimal mereka harus mengundurkan diri. Dia manajer PLN bukan
untuk memberikan pelayanan yang buruk serta bukan tugasnya untuk minta
maaf.
Tetapi harus bertanggung jawab memperlihatkan performa PLN yang
prima dan berkualitas kepada konsumen,” tambah Tuah kemarin.
Carolus cukup terkejut setelah mengetahui kabar bahwa pihak PLN
meminta maaf. Sebab, pihak PLN dianggap “galak” jika telat membayar
listrik sehingga terjadi pemutusan listrik tanpa diketahui konsumen.
“Tetapi saat intensitas kemalangan semakin tinggi melanda PLN Kaltim
baru-baru ini, saya kaget juga tiba-tiba PLN minta maaf. Menurut saya,
permintaan maaf saja tidak cukup. Pihak PLN juga harus memberikan sanksi
kepada manajernya yang tidak mampu,” ungkapnya. (cj.kk)







0 komentar:
Posting Komentar