![]() |
| Yadal, menunjukan surat akte kelahirannya saat berada disalah satu rumah warga yang menampungnya ( Foto : okezone.com ) |
CATATAN JURNALIS - POLEWALI MANDAR - Seorang bocah berusia 12 tahun di
Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, nekat meninggalkan rumah
untuk berpetualang mencari orang tua angkat. Dia adalah Yadal, anak
ke-10 dari pasangan suami istri, Dilang dan Ana.
Bermodal selembar kertas akta kelahiran, Yadal nekat meninggalkan rumah dan berpetualang dari kampung ke kampung untuk mencari orangtua angkat yang mau mengasuhnya. Yadal pergi sejak setahun yang lalu, tanpa jelas arah dan tujuannya akan ke mana. Karena, yang ia cari adalah orang tua angkat yang bersedia mengasuhnya agar bisa kembali bersekolah.
Namun, sejak setahun kepergian Yadal, hingga kini ia belum mendapatkan orang tua angkat yang bersedia untuk mengasuhnya. Yadal yang melangkahkan kakinya dengan sebuah tas rangsel berisi pakaian sekolah dan beberapa lembar baju serta selembar kertas akta kelahiran, pada akhirnya sampai di Kecamatan Wonomulyo.
Kisah perjalan Yadal pada akhirnya baru membuat geger warga setelah dia ditemukan terdampar di sebuah tambak kawasan Mapie. Sebelumnya, perjalanan bocah itu dianggap warga yang dilewatinya hanyalah anak sekolah yang hendak pulang ke rumahnya.
Yadal menceritakan, kepergiannya dari rumah orangtuanya bermula ketika orangtuanya meminta bocah itu untuk berhenti sekolah dengan alasan pendapatan keluarganya sebagai petani penggarap di desanya sudah tak mampu untuk membiayai pendidikannya. Yadal justru diminta ayahnya untuk mencari kerja agar bisa membantu perekonomian keluarga.
Meski keinginan orangtua untuk memberhentikan anaknya dengan alasan tidak ada biaya, bocah yang baru naik kelas VI SD saat itu justru merasa terganggu dan tidak nyaman jika harus berhenti bersekolah. Sebab, putus sekolah dan harapan ingin menempuh pendidikan yang lebih baik kian membayangi fikirannya. “Kalau saya berhenti sekolah, apa yang akan saya lakukan. Padahal, saya bercita-cita ingin terus melanjutkan pendidikan agar bisa sukses,”ujar Yadal.
Baginya, tanpa pendidikan, ia tidak akan bisa mewujudkan cita-cita dan keinginannya untuk membantu orangtua dimasa akan datang. Meskipun, menurut cerita Yadal, orangtuanya kini sudah bercerai. Bahkan, dirinya yang memiliki 10 bersaudara juga ikut bercerai berai. “Saya tinggal bersama bapak saya. Namun, karena keterbatasan ekonomi dan ketidakmampuan bapak saya untuk menyekolahkan, akhirnya saya diminta untuk berhenti sekolah,”tutur Yadal.
Yadal mengaku, kepergiannya dari orangtuanya bukan karena tidak suka. Tetapi, hanya ingin mewujudkan cita-cita agar bisa kembali sekolah. Salah satu cara adalah mencari orang tua angkat yang mau mengasuhnya.
Suatu saat, Yadal yang berharap dapat menemukan orangtua angkat akan bisa kembali bertemu dengan ayahnya yang kini bekerja sebagai petani. Namun, harapan itu masih di atas bayang-bayang karena sampai sekarang, ia belum juga menemukan orangtua angkat. Yadal yang baru saja sadar setelah ditemukan terdampar, mengaku, dia pergi berjalan kaki dari kampung ke kampung. Sepanjang jalan, hanya makan seadanya, itupun kalau ada yang memberikan di jalan.
Hingga kini, Yadal belum mendapatkan tempat yang tetap atau orang tua angkat. Seorang warga di Polewali, Fatur, mengajak Yadal untuk tinggal di rumahnya sementara waktu, hingga akhirnya ada orang yang mau mengangkat menjadi anaknya. Sambil menunggu, respons dari pemerintah setempat.
(cj.oke)
Bermodal selembar kertas akta kelahiran, Yadal nekat meninggalkan rumah dan berpetualang dari kampung ke kampung untuk mencari orangtua angkat yang mau mengasuhnya. Yadal pergi sejak setahun yang lalu, tanpa jelas arah dan tujuannya akan ke mana. Karena, yang ia cari adalah orang tua angkat yang bersedia mengasuhnya agar bisa kembali bersekolah.
Namun, sejak setahun kepergian Yadal, hingga kini ia belum mendapatkan orang tua angkat yang bersedia untuk mengasuhnya. Yadal yang melangkahkan kakinya dengan sebuah tas rangsel berisi pakaian sekolah dan beberapa lembar baju serta selembar kertas akta kelahiran, pada akhirnya sampai di Kecamatan Wonomulyo.
Kisah perjalan Yadal pada akhirnya baru membuat geger warga setelah dia ditemukan terdampar di sebuah tambak kawasan Mapie. Sebelumnya, perjalanan bocah itu dianggap warga yang dilewatinya hanyalah anak sekolah yang hendak pulang ke rumahnya.
Yadal menceritakan, kepergiannya dari rumah orangtuanya bermula ketika orangtuanya meminta bocah itu untuk berhenti sekolah dengan alasan pendapatan keluarganya sebagai petani penggarap di desanya sudah tak mampu untuk membiayai pendidikannya. Yadal justru diminta ayahnya untuk mencari kerja agar bisa membantu perekonomian keluarga.
Meski keinginan orangtua untuk memberhentikan anaknya dengan alasan tidak ada biaya, bocah yang baru naik kelas VI SD saat itu justru merasa terganggu dan tidak nyaman jika harus berhenti bersekolah. Sebab, putus sekolah dan harapan ingin menempuh pendidikan yang lebih baik kian membayangi fikirannya. “Kalau saya berhenti sekolah, apa yang akan saya lakukan. Padahal, saya bercita-cita ingin terus melanjutkan pendidikan agar bisa sukses,”ujar Yadal.
Baginya, tanpa pendidikan, ia tidak akan bisa mewujudkan cita-cita dan keinginannya untuk membantu orangtua dimasa akan datang. Meskipun, menurut cerita Yadal, orangtuanya kini sudah bercerai. Bahkan, dirinya yang memiliki 10 bersaudara juga ikut bercerai berai. “Saya tinggal bersama bapak saya. Namun, karena keterbatasan ekonomi dan ketidakmampuan bapak saya untuk menyekolahkan, akhirnya saya diminta untuk berhenti sekolah,”tutur Yadal.
Yadal mengaku, kepergiannya dari orangtuanya bukan karena tidak suka. Tetapi, hanya ingin mewujudkan cita-cita agar bisa kembali sekolah. Salah satu cara adalah mencari orang tua angkat yang mau mengasuhnya.
Suatu saat, Yadal yang berharap dapat menemukan orangtua angkat akan bisa kembali bertemu dengan ayahnya yang kini bekerja sebagai petani. Namun, harapan itu masih di atas bayang-bayang karena sampai sekarang, ia belum juga menemukan orangtua angkat. Yadal yang baru saja sadar setelah ditemukan terdampar, mengaku, dia pergi berjalan kaki dari kampung ke kampung. Sepanjang jalan, hanya makan seadanya, itupun kalau ada yang memberikan di jalan.
Hingga kini, Yadal belum mendapatkan tempat yang tetap atau orang tua angkat. Seorang warga di Polewali, Fatur, mengajak Yadal untuk tinggal di rumahnya sementara waktu, hingga akhirnya ada orang yang mau mengangkat menjadi anaknya. Sambil menunggu, respons dari pemerintah setempat.
(cj.oke)







0 komentar:
Posting Komentar